Demianus Howay, ketika bersama Ekternal Relation Uni Papua, Dawid Forouzan, di Jakarta, Minggu (24/5) lalu. |
Jakarta (27/5) – Uni Papua Football Community sebagai organisasi sepakbola sosial pertama di Indonesia, beberapa waktu lalu, mengirim salah satu putra Papua mengikuti pelatihan sepakbola di Malaysia dan Korea Selatan. Seperti apa sosok putra Papua ini, berikut sepenggal catatan dari media relation Uni Papua...
Demianus Howay, itulah nama yang
tertulis pada selembar sertifikat yang diterimanya dari Malaysia
Sports Ministry Coaliton (MSMC), setelah sukses mengikuti pelatihan
dari IPOHBUG
di Ipoh, selama dua minggu di
Negeri Jiran, pada bulan Februari 2015 lalu. Sebulan kemudian, di
tahun yang sama pula, anak muda asal Ayamaru, Sorong,Provinsi
Papua Barat ini, ini dikirim ke Korea Selatan, mengikuti pelatihan
Equip
Leader di Seoul Korea Selatan yang
berlangsung selama satu bulan.
Di Malaysia ia menjadi peserta training
termuda, sementara di Korea Selatan, ia merupakan peserta kedua
termuda. Dari Indonesia, diwakili 2 orang, satu peserta merupakan
perwakilan dari salah satu lembaga yang beralamat di Provinsi Aceh.
“ Sampai saat ini saya tak percaya
apa yang sudah terjadi pada saya. Ini seperti sebuah mimpi. Tiba-tiba
sudah berada di Malaysia, tak lama kemudian, sudah berada di Korea. Ini suatu Mujizat. Karena itu, setiap saat saya berdoa dan mensyukuri apa yang sudah Tuhan buat bagi
saya melalui Pak Harry ( CEO Uni Papua FC),” tutur Demianus Howay.
Demianus punya cerita unik ketika
ditunjuk oleh Pak Harry untuk mengikuti pelatihan di Korea Selatan.
Tiga hari jelang keberangkatan, dirinya sangat gelisah. Makan tak
enak, tidurpun serasa tak nyaman. Ia bahkan sampai berpuasa selama
tiga hari itu.
Bathin Demianus terus bergejolak. Ia
tak percaya, kenapa harus dia yang ditunjuk ke Korea, bukankah masih
ada pengurus Uni Papua lainnya, yang lebih senior, yang lebih
berpengalaman dan yang sudah menguasai bahasa Inggris. Kenapa harus
dirinya yang ditunjuk? Itulah pertanyaan-pertanyaan yang berkecamuk
di dadanya.
” Selama tiga hari saya tidak makan,
saya tidak tahu kenapa seperti itu. Terus dihantui rasa takut, karena
itu, saya berdoa siang dan malam, agar Tuhan memberi saya keberanian
untuk berangkat ke Korea,” katanya.
Akhirnya, atas pertolongan Tuhan,
Demianus berhasil tiba di Korea Selatan. Perasaan gugup tiba-tiba
lenyap, karena ternyata di Bandara, ia dijemput oleh kenalannya
sewaktu mengikuti pelatihan di Malaysia, dan beberapa teman asal
Indonesia.” Perasaan gugup langsung hilang, setelah saya bersalaman
dan berbicara dengan mereka,” ujar alumnus SMK Bagimu Negeri
Semarang ini.
Selama di Korea, Demi mengikuti
pembinaan dan pelatihan di markas Goyang FC, salah satu mitra Uni
Papua di Korea Selatan. Berlatih di stadion megah, milik Goyang FC,
salah satu klub Divisi II Korea Selatan ini, merupakan kebanggaan
baginya. Jika Tuhan berkehendak, maka tak ada yang tak mungkin,
Demianus akan kembali merumput di stadion ini, memakai Jersey Goyang
FC.
Perjalanannya ke negeri Jiran dan
negeri Ginseng, memberikan motivasi yang besar kepada Demianus. Ia
memutuskan untuk belajar dan berlatih dengan tekun, agar dapat
mewujudkan cita-citanya menjadi pemain profesional yang bermain di
klub luar negeri.
Demianus yang lahir 21 tahun lalu di
Sorong Papua Barat ini mengakui, bahwa setelah setahun bersama Uni
Papua, dirinya belajar dan menemukan banyak hal yang menarik,
termasuk pengalaman berharga yang dirinya peroleh dari pelatihan di
Malaysia dan Korea Selatan.
Anak dari pasangan Wempi Howay dan
Marice Kambu ini bercita-cita menjadi pemain profesional di Liga
Eropa. Karena itu, ia berkomitmen untuk bekerja keras, berlatih dan
belajar dengan sungguh-sungguh untuk mencapai cita-citanya itu.
“ Saya ingin membahagiakan kedua
orangtua saya. Saya tak ingin mengecewakan mereka. Karena itu, saya
akan berlatih dan belajar dengan baik, agar dapat menjadi pemain
profesional yang membahagiakan orang tua, membahagiakan Pak Harry dan
membahagiakan semua teman-teman di Uni Papua,” ujar penggemar
Barca, club asal spanyol yang baru saja menjuarai Liga Spanyol.
Tentang
sosok Demianus Howay, CEO Uni Papua, Harry Widjaja, sebelumnya
mengatakan, Demianus adalah anak yang sangat lugu dan pemalu. “
Sebelumnya, dia bersama beberapa anak dari Papua, tinggal di rumah
saya. Kalau orang datang bertamu di rumah, ia akan mengurungkan
dirinya di kamar, bahkan bisa berjam-jam di kamar mandi.
Kalaupun
keluar dari kamar, lanjut Harry, itu hanya untuk makan, setelah itu,
masuk lagi ke kamar,” cerita Harry Wijaya tentang sosok Demianus
Howay.
Namun
dengan sabar pendiri Uni Papua ini memberikan penguatan kepada
Demianus, hari demi hari, kini, Demianus Howay perlahan mulai
berubah.” Saya katakan, kamu pasti bisa, kamu pasti lebih hebat
dari mereka. Lihat, dia menjadi peserta training termuda ( 21 tahun )
dari peserta lainnya yang berumur di atas 40 tahun,” kata Harry
Wijaya.
Sekarang,
Demianus Howay tidak seperti Demianus Howay dua tahun lalu. Dia sudah
berani bicara, dia sudah berani untuk tampil, dan lebih percaya diri.
“Itu yang selalu saya katakan, anak-anak Papua itu bisa. Hanya
saja, mereka perlu dibimbing dengan baik dan diarahkan. Saya akan
buktikan itu, melalui Demianus Howay ini,” tutur Harry.
Harry
saat ini sedang mempersiapkan Demianus Howay secara khusus, terutama
pendidikan bahasa Inggrisnya, untuk mendukung cita-cita Demianus
Howay yang akan menjadi pemain profesional di luar negeri.
” Kita
punya jaringan ke luar negeri, kita akan melalui jaringan itu,
mengorbitkan anak-anak Uni Papua. Pertama Demianus, nanti lainnya
akan menyusul, tergantung laporan dari cabang-cabang Uni Papua
tentang potensi anak-anak yang dibina. Yang menonjol, akan kami
orbitkan,termasuk instrukturnya,”kata Harry.(MR/UP)
No comments:
Post a Comment