Insoraki Sawor, salah satu Coach dari Uni Papua FC, ketika memberikan coaching clinik kepada anak-anak di Rusun Daan Mogot Jakarta, Sabtu(26/9)lalu. |
Jakarta,26/9 - Joni berhenti sejenak, melepas lelah.
Wajahnya tampak berkeringat dan tatapannya tajam ke arah Hesty, sepertinya ia
memikirkan bagaimana caranya agar ia dapat menyentuh Hesty yang mudah
diloloskan oleh teman-temannya. Hesty hanya melakukan tindakan melewati kaki
rekannya yang terbuka lebar atau melompat dibelakang rekannya, maka ia aman
sementara dari kejaran Joni.
Joni kemudian mengalihkan targetnya ke rekan-rekan Hesty
yang lain. Pemain yang dikejar Joni harus dibantu oleh rekannya yang lain
dengan tindakan membuka kaki lebar atau merunduk agar pemain yang dikejar bisa
melompat di belakangnya dan aman dari kejaran Joni.
Apabila tindakan membuka kaki lebar-lebar atau merunduk
tidak dilakukan dengan cepat, maka pemain itu akan di sentuh oleh Joni dan
menjadi rekan Joni untuk mengejar pemain lainnya, sampai semua pemain yang
bermain dalam ruang berukuran 15 x 15 meter
itu berhasil disentuh.
“Players also learn the
importance of helping each other out - one time I will help free my teammate
but some other time I might get tagged and need my teammate's help,” kata Charles dari Coach Across Continents (CAC) tentang
simulasi permainan itu, kepada 50 orang peserta Coaching, usai melakukan 1 dari
30 simulasi permainan yang dinamakan Messi for Gender Equity, di Sentani
beberapa waktu lalu.
Melalui permainan ini, pemain dapat belajar tentang tubuh
mereka (jantung, paru-paru, otot dan lain-lain) atau tentang masalah kesehatan.
Pemain juga belajar pentingnya membantu satu sama lain .
“Satu waktu saya akan membantu membebaskan rekan saya tapi
lain waktu saya mungkin akan ditandai dan membutuhkan bantuan rekan saya. Untuk
bekerja dengan sukses sebagai sebuah tim, kita harus membangun hubungan
berdasarkan kepercayaan ,” kata Yan Pepuho menerjemahkan ungkapan berbahasa
Inggris dari Charles.
Semua orang pasti menyadari, bahwa ia tak mungkin hidup
sendiri, ia memerlukan bantuan orang lain. Karena itu, ketika ada kesempatan,
ayo kita membantu orang lain untuk keluar dari masalahnya. Sehingga di lain
waktu, ketika kita dalam kesulitan, orang lainpun akan membantu kita.
“Praktek ini harus dimunculkan di sekolah dengan sesama
siswa, di tempat kerja dengan kolega, dalam bisnis maupun di rumah dalam
keluarga,” ujar Yan.
Demikian sekilas gambaran tentang praktek sepakbola social
yang dikerjakan oleh Uni Papua Football Community bekerja sama dengan Coach
Across Continents (CAC) Amerika Serikat.
Sebagai organisasi sepakbola social pertama dan terbesar di
Indonesia, Uni Papua Football Community berkomitment untuk menyebarkan virus
kebaikan dan kedamaian melalui Sepakbola, terutama kepada anak-anak yang
merupakan harapan dan tulang punggung bangsa dan Negara Indonesia.
Warga Jakarta yang menghuni rumah susun (Rusun), terdapat
ratusan bahkan ribuan anak-anak. Warga dalam kelompok ini sangat rentan dengan
pengaruh negative, karena itu Uni Papua FC merasa penting untuk memberikan
penguatan kepada anak-anak Rusun melalui sepakbola social sejak dini, sehingga
diri mereka dapat terbentengi dari penyebaran virus social yang mengancam
bangsa dan Negara Indonesia saat ini.(MR/UP)
No comments:
Post a Comment