LAST UPDATE UNI PAPUA
Jayapura, 25/3 (Jubi) – Perkumpulan Sepakbola Sosial Uni Papua,
awal Maret lalu, mengirim dua anak Papua ke Jepang. Dua putra Papua yang
beruntung itu adalah Yan Pepuho dan Morsby Sawor. Uni Papua awalnya
mengajukan 4 orang, namun, setelah dilakukan test wawancara, hanya dua
yang terpilih.
Kota Iwanuma,Jepang, merupakan tempat dimana dua putra Papua dan satu
lagi wakil Indonesia dari Aceh, bersama 26 peserta dari 16 Negara
menimba ilmu keolahragaan yang diselenggarakan oleh salah satu Badan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) UNOSDP
(United Nation Office On Sport Development & Peace).
Selain UNOSDP, beberapa lembaga dunia yang konsen terhadap olahraga
juga menjadi sponsor dalam kegiatan pelatihan olahraga untuk pembangunan
dan perdamaian dunia. Diantaranya ada MEXT
( Ministry of Education Culture, Sport, Science and Technologi), Tigoro Kano Memorial Sport Institut dan Youth Sport Trust.
Kepada Jubi, Yan menjelaskan, 16 Negara yang terlibat dalam pelatihan
itu adalah Jepang, Irak, India, Kamboja, Banglades, Malaysia,
Vietnam,Tonga, Butan, Afganistan, Srilanka, Nepal, Taiwan, Pakistan,
Korea Selatan dan Indonesia.” Dari Indonesia diwakili 3 orang, dua dari
Papua, dan satu lagi wakil dari Aceh,” tutur Yan Pepuho melalui
releasenya kepada Jubi, Rabu(25/3/2015).
Mengembangkan olahraga untuk pembangunan dan perdamaian merupakan
fokus dari kegiatan yang diikuti 16 Negara ini. “ Olahraga bukan
semata-mata untuk kesehatan dan prestasi, tetapi lebih dari itu,
olahraga adalah sarana yang sangat ampuh untuk membangun kepercayaan,
mengembalikan dan memulihkan mereka yang terpuruk akibat trauma bencana
dan persoalan social lainnya,” jelas Yan Pepuho.
Mahasiswa semester VIII jurusan Arsitektur pada Universitas Kristen
Indonesia (UKI) Jakarta ini lebih jauh menguraikan tentang materi
pelatihan yang diterima diantaranya tentang Tenis Meja,
Boxing, Youth Sport Trust, Paralimpik untuk kaum disabilitas,
Blind Soccer, Judo, Sport Festival, fusen Volley Ball dan
permainan tradisional Jepang (Onigoko). Sementara materi pelatihan
bertemakan Sport for Tomorrow, diberikan oleh Japan Anti Doping Agency
(JADA).
Ogatsu Town, salah satu Kota di Jepang yang hancur akibat terjangan
Tsunami 2011 silam, menjadi kota tujuan Yan Pepuho cs melakukan praktek
lapangan.”Kota itu belum dibangun sampai sekarang, warganya masih trauma
untuk kembali. Kami ke sana, kami melibatkan masyarakat jogging pagi,
bermain sepakbola, boxing dan kegiatan olahraga lainnya,” jelas Yan.
Warga dari kota yang pernah menjadi penghasil tinta terbesar bagi
Negara Jepang dan menjadi sentra produksi perikanan terbesar di Negeri
Matahari Terbit itu, menyambut dengan antusias wakil-wakil dari 16
Negara ini.”Kebetulan 11 Maret lalu adalah peringatan 4 tahun paska
Tsunami itu. Momen itu yang digunakan bersama warga, lakukan berbagai
kegiatan olahraga untuk membangun kepercayaan mereka,” kata anak pertama
dari tiga bersaudara ini.
Anak dari Gustaf Pepuho dan ibu Petronela Ohee ini lebih lanjut
mengisahkan, hingga saat ini, masyarakat yang berasal dari kota itu,
banyak yang belum kembali. Yan dan rekan-rekannya berharap, dengan
kegiatan yang mereka lakukan, dapat membangun kepercayaan diri warga
Kota itu untuk kembali membangun tanah kelahirannya.
“ SMILES, itulah ilmu yang kami dapat dari kegiatan itu.
Savety, Maximum Participation, Involt Everybody, Learning, Enjoymen and Succes.
Olahraga harus berguna untuk keamanan diri, olahraga harus melibatkan
partisipasi masyarakat, olahraga harus diterima semua orang, olahraga
harus bisa memberikan pelajaran bagi masyarakat, olahraga harus membuat
orang bahagia dan olahraga harus membuat orang sukses,” jelas Yan Pepuho
yang dipercayakan COE Uni Papua, Harry Wijaya sebagai program
development Uni Papua ini.
Ceo Uni Papua, Harry Wijaya, sangat bangga, Yan Pepuho dan Morsby
Sawor dapat mengikuti kegiatan itu dengan baik. Ia berharap, ilmu itu
dapat disalurkan kepada semua cabang Uni Papua, baik di Papua, maupun
cabang Uni Papua yang berada di luar Papua. “ Ini anugerah Tuhan bagi
anak-anak Papua. Anugerah ini harus dikembangkan dan memberi buah bagi
banyak orang,” tutur Harry Wijaya. (*)
- Albert Yomo